Di tengah dominasi raksasa seperti Gojek dan Grab, puluhan aplikasi ojek online (ojol) lokal telah lahir dan mati muda.
Di antara yang paling misterius adalah Bangjek dan Ojesy – dua platform yang menghilang dari pasar sebelum sempat dikenal luas, bagai hantu dalam cerita urban legenda transportasi online.
Profil Bangjek: Aplikasi Serba Bisa
Bangjek muncul dengan ambisi menjadi super-app lokal. Platform ini menawarkan beragam fitur:
- Layanan transportasi motor dan mobil
- Pengiriman paket dan pesan makanan
Fitur belanja harian dan online shop terintegrasi
Sayangnya, kelemahan infrastruktur menjadi penyebab utama kematiannya. Menurut laporan CNBC Indonesia, situs resminya rusak dan aplikasi di Play Store tidak lagi diperbarui (no maintenance). Pengguna pun akhirnya meninggalkan platform ini.
Ojesy: Inovasi Ojol Syar’i yang Tak Terselamatkan
Berasal dari Surabaya, Ojesy (Ojek Syar’i Surabaya) didirikan pada 2015 oleh Evilita Adriani dan Reza Zamir dengan konsep unik:
- Mengutamakan pengemudi perempuan untuk penumpang perempuan
- Melayani penumpang anak laki-laki maksimal 8 tahun
- Menargetkan pasar konsumen muslim yang memprioritaskan kenyamanan gender
- Meski bertahan selama 4 tahun, Ojesy kolaps pada 2019 karena keterbatasan jaringan dan modal.
Mengapa Mereka Jadi “Hantu”?
Bangjek dan Ojesy kalah dalam perang subsidi melawan pemain besar. Data menunjukkan 70% startup ojol gulung tikar karena ketidakmampuan membiayai diskon dan insentif pengemudi.
Keduanya gagal berekspansi keluar basis lokal: Bangjek terbatas di Jawa, Ojesy hanya di Surabaya. Padahal, ekspansi adalah kunci survival di industri ini.
Mirip kisah horor ojol di cerita rakyat – seperti penumpang wanita misterius yang menghilang (vanishing passengers) 212 – aplikasi ini meninggalkan digital trace tanpa wujud nyata. Bangjek masih bisa di-install tapi tak berfungsi, bagai arwah aplikasi.
Studi CNBC Indonesia mencatat 10 aplikasi ojol bangkrut, termasuk Bangjek dan Ojesy. Berikut 5 yang paling menonjol.